Bacaan Doa Setelah Adzan [Arab, Latin, Artinya]

Teks bacaan doa setelah adzan atau sesudah mendengar kumandang adzan selesai sampai iqomah lengkap huruf arab, tulisan latin dan artinya (terjemahan) yang benar bahasa indonesia.

Menjawab do’a sehabis adzan, baik itu adzan selepas dzuhur, ashar, maghrib, isya atau subuh adalah hal yang di anjurkan.

Karena isi dari doa setelah adzan merupakan kebaikan yang bisa mendatangkan ketaatan dan juga menentramkan hati siapa saja orang yang membacanya.

Adzan sendiri merupakan panggilan atau seruan untuk umat islam guna mengerjakan sholat berjamaan dimasjid atau mushola, dalam lafadz adzan terdapat pujian kepada Allah Ta’ala, syahadat dan juga seruan untuk menegakkan sholat.

Setelah selang beberapa waktu dari adzan, biasanya seorang muadzin mengumandangkan iqamah atau biasa disebut dengan qomat.

Ketika kalimat iqamah selesai dikumandangkan, barulah sholat itu dimulai.

Dan berikut ini bacaan doa setelah adzan sesuai dengan sunnah.

Bacaan Doa Setelah Adzan Sesuai Sunnah

Bacaan Doa Setelah Adzan Sesuai Sunnah

Mungkin dari sobat muslim ada yang pernah mendengar siaran langsung dari televisi Makkah dan Madinah ketika adzan mapun ketika sholat sampai selesai dari sholat dan membaca dzikir setelah sholat.

Ketika muadzin sedang adzan maka kita dianjurkan untuk mengikuti apa yang muadzin kumandangkan.

Kecuali di bagian “hayya ‘ala sholaa dan hayya ‘alal falah“. Kita memngucapkan “Lahaula walakuwwata illa billah”

Lalu setelah adzan selesai dikumandangkan, maka di siaran langsung tersebut di bacakan doa setelah adzan seperti diberikut ini.

Doa sesudah adzan huruf arab, latin dan artinya perkata sesuai sunnah :

1. Mengucapkan sholawat nabi seperti pada tasyahud dalam sholat, yakni.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى (إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى) آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ (فِي رِوَايَةٍ: وَ بَارِكْ) عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى (إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى) آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

āllāḥummā sḥāllī ‘ālā Muḥāmmād wā ‘ālā ālī Muḥāmmād, kāmāā sḥāllāītā ‘ālā ībrāḥīm wā ‘ālā āālī ībrāḥīm, īnnāKā ḥāmīdum Mājīd. āllāḥummā bārīk (dālām sātu rīwāyāt, wā bārīk, tānpā āllāḥummā) ‘ālā Muḥāmmād wā ‘ālā ālī Muḥāmmād, kāmā bārāktā ‘ālā ībrāḥīm wā ‘ālā ālī ībrāḥīm, īnnāKā ḥāmīīdum Mājīd

Arti Terjemahannya : Ya, Allah. Berilah (tambahkan) shalawat (sanjungan) atas Muhammad dan atas keluarga Muhammad, seperti Engkau telah memberikan shalawat pada Ibrahim serta keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia. Ya, Allah. Berilah berkah (kebaikan) atas Muhammad serta atas keluarga Muhammad, seperti berkah yang telah Engkau berikan kepada Ibrahim serta keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia.

2. Memohon wasilah untuk Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa Sallam

اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِى وَعَدْتَهُ

āllāḥummā robbā ḥādzīḥīd dā’wātīt tāammāḥ wāsḥ sḥolātīl qoo-īmāḥ, āatī Muḥāmmādānīl wāsīlātā wāl fādḥīlāḥ, wāb’ātsḥu māqoomām māḥmuudā āllādzī wā ‘ādtāḥ’

Arti Terjemahannya : Ya Allah, Tuhan pemilikpanggilan yang sempurna ini (dakwah tauhid), dan shalat yang ditegakkan, berilah atas Muhammad wasilah (kedudukan yang tinggi), dan fadhilah (kedudukan lain yang mulia). serta bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati maqom (kedudukan) terpuji yang telah Engkau janjikan untuknya. (Hadits Riwatar Bukhari nomor 614).

Selain doa diatas, dalam sebuah riwayat disebutkan doa yang lain. Yang apabila seseorang mengucapkan doa ini maka dosa pada dirinya akan diampuni.

Berikut ini lafadz doa setelah adzan tersebut.

3. Doa pendek setelah adzan

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا

āsyḥādu āllā īlāḥā īllāllāḥ wāḥdāḥu laā syārīkā lāḥ wā ānnā muḥāmmādān ‘ābduḥu wā rāsuluḥ, rādḥītu bīllāḥī robbaā wā bī muḥāmmādīn rosulaā wā bīl īslāmī dīīnaā

Makna Terjemahannya : saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan (yang berhak untuk diibadahi dan disembah) selain Allah, tiada sekutu untuk-Nya, dan saya bersaksi bahwasannya Muhammad adalah hamba serta utusan Allah, aku ridha Allah sebagai Rabbku dan Muhammad sebagai Rasulku dan Islam sebagai agamaku, (Hadits Riwayat Muslim nomor 386).

Download Mp3 Doa Setelah Adzan

Dalam kitab hisnul muslim terdapat doa ba’da adzan atau saat mendengar adzan, dan berikut ini lafadznya.

Doa ketika mendengar adzan gratis

Hisnul muslim merupakan kumpulan doa doa berdasarkan Al Quran dan hadits (sunnah) Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wa Sallam.

Audio free diatas bisa menjadi salah satu media cara menghafal doa sesudah adzan untuk anak maupun orang dewasa.

Doa setelah adzan pdf

Berikut ini file dari doa setelah adzan yang bisa sobat download lalu cetak atau print dalam sebuah kertas untuk dihafalkan, karena banyak sekali keutamaan-keutamaan yang akan didapatkan ketika seseroang mengamalkan doa ini.

Berikut ini keterangan filenya.

Nama : Tulisan Doa Bada Adzan
File : PDF
Ukuran : 127 Kb
Jumlah : 2 Hlm.
Link : Download

Semoga bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Vidio Youtube Amalan Ketika Mendengarkan Adzan

Berikut ini cuplikan vidio tentang apa apa yang dilakukan seseorang ketika ia mendengarkan adzan serta setelahnya.

Vidio ini bersumber dari channel youtube yufid.tv, dan berikut penjelasan melalui audio visual.

Sumber : yufidz.tv
Itu tadi beberapa amalan yang bisa untuk kita amalkan bersama dan semoga bisa menambah rasa keimanan serta ketaatan kepada Allah Azza Wa Jalla.

Untuk selanjutnya mari kita bahas tentang adzan serta keutamaan keutamaan lebih lengkapnya.

Amalan Dan Keutamaan Waktu Adzan Sampai Iqomah

Amalan Dan Keutamaan Waktu Adzan Sampai Iqomah

Salah satu keutamaan adzan yang cukup mashur atau terkenal dikalangan umat islam adalah bahwasannya kumandang adzan merupakan pengusir setan dan setan akan tunggang langgang (sampai terkentut-kentut) ketika mendengar lantunan bunyi atau suara adzan.

Adapun beberapa amalan yang sebelum adzan dan bisa untuk sobat baca adalah sebagai berikut :

– Bersuci (wudhu)

Hendaknya mensucikan diri dari hadas besar maupun kecil, jika kita dalam keadaan junub silahkan bersuci dengan niat mandi besar(wajib) disertai doa mandi wajib.

Dan jika dalam keadaan hadas kecil, alangkah baiknya jika kita menjaga wudhu dan amalan setelahnya seperti doa setelah wudhu atau sholat sunnah wudhu sebelum mengumandangkan adzan, karena hal tersbut lebih utama.

Lalu niat dalam hati ketika hendak mengumandangkan adzan, karena setiap amalan adalah tergantung dari niatannya.

– Merupakan Waktu Yang Mustajab

Pengertian waktu mustajab adalah waktu yang sangat baik dan merupakan waktu utama untuk berdoa, karena pada waktu itu sebuah doa akan mudah untuk dikabulkan.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Daud nomor 524 dan hadits riwayat Ahmad 2: 172. dan sanad dari hadits ini adalah hasan menurut Al Hafizh Abu Thohir.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

قُلْ كَمَا يَقُولُونَ فَإِذَا انْتَهَيْتَ فَسَلْ تُعْطَهْ

Arti Terjemahannya : “katakan (ucapkan) sebagaimana yang telah dikatakan oleh muadzin (ketika adzan). setelah selesai kumandang azan, maka berdoalah, maka (doa pada saat itu) akan dikabulkan (diijabahi).”

Maksud dari hadits diatas adalah, doa yang diucapkan ketika usai azan merupakan di antara doa-doa yang dikabulkan (diijabahi). [sumber : rumaysho]

Hukum Seputar Adzan Dan Iqamah

Hukum Seputar Adzan Dan Iqamah

Adzan merupakan salah satu syariat yang telah di-nash kan berdasarkan ijma bagi sholat fardhu yang 5 waktu.

Selain sholat lima waktu tidak disyariatkan untuk mengumandangkan adzan, dalam perkaran ini tidak ada silang pendapat atau khilafiah. Silahkan sobat baca pada kitab Majmu’ Syarhu Al Muhadzdzab, Tahqiq Muhammad Najib Al Muthi’i, Imam An Nawawi pada kitab cetakan tahun 1415H, Dar Ihya` At Turats Al ‘Arabi, Beirut, 3/83.

Adapun yang mashur dikalangan umat islam ketika bayi lahir lalu dikumandangkan adzan serta iqamah ditelingan si bayi, sampai saat ini penulis belum mengetahui dasar dalilnya.

Sehingga tidak bisa berpendapat dalam perkara ini.

Dan berikut ini beberapa hukum seputar adzan.

1. Berdiri ketika adzan.

Di sunnahkan untuk berdiri ketika seseorang itu sedang adzan, ini berdasarkan nukillan Ibnu Qudamah dalam kitab Al Mughni 2/82.

Dan berdasarkan hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wa Sallam terhadap Bilal Bin Rabbah berikut :

إِنَّ الهَ قَبَضَ أَرْوَاحَكُمْ حِينَ شَاءَ وَرَدَّهَا عَلَيْكُمْ حِينَ شَاءَ يَا بِلاَلُ قُمْ فَأَذِّنْ بِالنَّاسِ بِالصَّلاَةِ

Arti Terjemahannya : Sungguh Allah mencabut ruh kalian kapan (Dia) mau, dan mengembalikannya kapan (Dia) mau. Wahai, Bilal ! Bangunlah dan beradzanlah untuk shalat. [Hadits Riwayat Al Bukhari].

2. Disunnahkan untuk adzan pada tempat yang tinggi.

Tujuannya adalah agar adzan bisa didengar atau mudah terdengar kaum muslimin sehingga mereka akan mendatangi masjid untuk sholat berjamaah.

Hal ini berdasarkan hadits Riwayat Abu Dawud yang sanadnya dihasankan oleh syaikh Al Albani dalam kitab Irwa’ Al Ghalil, hadits nomor 229, halaman 1/246.

3. Memalingkan penghadapan (wajah) ketika mengucapkan lafadz “Hayya ‘Ala sholah dan Hayya ‘Alal Falah”.

Hal ini merupakan salah satu sunnah untuk muadzin yang mengumandangkan adzan, seperti yang tercatat dalam hadits riwayat bukhari berikut ini.

أَنَّهُ رَأَى بِلَالاً يُؤَذِّنُ فَجَعَلْتُ أَتَتَبَّعُ فَاهُ هَهُنَا وَهَهُنَا بِاْلأَذَانِ

Arti Terjemahannya : Sungguh beliau melihat Bilal mengumandangkan adzan, lalu aku menyaksikan mulutnya disana dan disini (kekanan dan kekiri) ketika mengucapkan adzan. [HR. Al Bukhari].

4. Meletakkan jari di telinga.

Hal ini mungkin sering kita lihat ketika adzan sedang dikumandangkan, dan muadzin meletakkan jari jarinya pada telinga.

Hal ini merupakan salah satu sunnah dalam beradzan seperti yang tertera dalam hadits riwayat Ahmad dan At Tirmidzi, dan At Tirmidzi menyatakan bahwasannya hadits ini sanadnya adalah hasan shahih. Kemudian Syaikh Al Albani menyetakan bahwasannya sanad dari hadits ini adalah shahih dalam kitab Irwa’ Al Ghalil, nomor 230, halaman. 1/248.

5. Mengeraskan atau mengencangkan suara ketika adzan.

Seorang muadzin atau orang yang mengumandangkan adzan hendaknya mengeraskan bunyi lafadz adzannya agar terdengar oleh kaum muslimin.

Dan hal ini merupakan sunnah ketika beradzan berdasarkan hadit berikut ini :

فَإِنَّهُ لاَ يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلاَ إِنْسٌ وَلاَ شَيْءٌ إِلاَّ شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Arti Terjemahannya : Tidaklah mendengar suara muadzin (ketika adzan) atas jin serta manusia dan (segala) sesuatu, melainkan akan memberikan kesaksian untuknya pada hari Kiamat. [Hadits Riwayat Al Bukhari].

Hukum Menjawab Adzan Dan Iqamah

Hukum Menjawab Adzan Dan Iqamah

Dalam hal ini ada 2 pendapat yang mencuat, ada sebagian yang berpendapat wajib dan ada pula yang sunnah.

Seperti uraian berikut ini.

1. Pendapat Sunnah Menjawab Adzan

Pendapat ini merupakan jumhur (mayoritas) dari pendapat para Ulama [silahkan sobat baca dalam kitab Al Majmu’, Op.Cit., 3/127.]

Hal ini didasarkan pada hadits riwayat Abu Daud berikut ini :

أَنَّ رَسُولَ الهِa صَلَّى الهُn عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا سَمِعَ الْمُؤَذِّنَ يَتَشَهَّدُ قَالَ وَأَنَا وَأَنَا

Arti Terjemahannya : Sungguh Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam, jika mendengar muadzin membaca syahadat, maka Beliau berkata “dan aku dan aku”. [HR Abu Dawud].

Dari dalil diatas menegaskan bahwasannya Rasulullah S.A.W tidak menyempurnakan jawaban adzan dari muadzin.

Selain hadits diatas masih terdapat dalil dalil lain yang menyatakan bahwasannya sunnah huikumnya ketika menjawab adzan.

2. Pendapat Wajib Menjawab Adzan

Adapun dasar dalil yang melandasi bahwasannya wajib hukumnya untuk menjawab adzan adalah sebagai berikut :

أَنَّ رَسُولَ الهِl صَلَّى الهُy عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا سَمِعْتُمْ النِّدَاءَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ الْمُؤَذِّنُ

Arti Terjemahannya : Sesungguhnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,”Jika diantara kalian mendengar (lantunan) adzan, maka jawablah seperti apa yang dilafadzkan oleh muadzin”. (Muttafaqun ‘alaihi) [Silahkan sobat lihat kitab Al Muhalla, Op.Cit., 3/148].

Dalam perkara ini telah disebutkan bahwasannya ada perintah dari Rasulullah S.A.W, dan suatu perintah itu merujuk pada sebuah kewajiban.

Jarak Antara Adzan Dan Iqamah

Jarak Antara Adzan Dan Iqamah

Terkadang ada yang memberikan jarak antara adzan dan iqamah itu jarak yang panjang dan pendek.

Lalu bagaimana jarak yang benar antara adzan dan iqmah itu ?

Dalam sebuah riwayat yang sudah cukup mashur dikalangan umat islam, disebutkan bahwasanya jarak yang sesuai antara adzan dan iqamah adalah perumpamaan ketika seorang itu buang hajat dengan tenang, makan sampai selesai dengan tuntas dalam keadaan tenang.

Berikut lafadz hadist yang menyebutkan hal tersebut :

اجْعَلْ بَيْنَ أَذَانِكَ وَإِقَامَتِكَ نَفَسًا قَدْرَ مَا يَقْضِي الْمُعْتَصِرُ حَاجَتَهُ فِي مَهْلٍ , وَ قَدْرَ مَا يَفْرُغُ الْآكِلُ مِنْ طَعَامِهِ فِي مَهْلٍ

Arti Terjamahanny : Jadikanlah (jarak) antara adzan dengan iqomahmu sebuah kelonggaran yang ukurannya seperti mu’tashir (orang buang hajat) yang merampungkan hajatnya dengan keadaan tenang, serta seukuran orang yang dalam keadaan sedang makan serta selesai dari makannya dalam keadaan yang tenang!” [Hadits Riwayat At-Tirmidzi, nomor 195, dan lain-lain. Sanad dari hadits ini dihasankann oleh syaikh al-Albani dalam kitab Silsilah ash–Shahihah, nomor 887.

Jika kita memperkirakan estimasi waktu atau jarak yang ideal antara adzan dan iqamah adalah sekitar 10-15 menit.

Dan waktu itu juga merupakan waktu yang cukup untuk melakukan 2 hal yang tertulis dalam hadits diatas yakni ketika buang hajat dan selesai dan makan dalam keadaan yang tenang.

Sebagai penutup pada kesempatan kali ini, disini penulis berpesan agar sobat muslim semuanya bisa beramal dengan amal yang susuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa Sallam.

Dan semoga apa yang kami sampaikan pada kesempatan kali ini bisa bermanfaat dan bisa memberikan tambahan semangat untuk terus beribadah dan meningkatkan keimanan kita terhadap Allah Ta’ala.